Latar Belakang Peristiwa
Ketika Rasulullah ﷺ berusia 35 tahun, lima tahun sebelum diutus menjadi nabi, Mekah mengalami banjir besar yang merusak Ka’bah, sehingga kaum Quraisy memutuskan untuk membangun kembali Ka’bah.
Mereka membagi tugas pembangunan di antara suku-suku yang ada, masing-masing bertanggung jawab atas bagian tertentu. Pembangunan dilakukan menggunakan batu-batu dari lembah, dan mereka bekerja bersama dengan semangat yang tinggi.
Namun, saat pembangunan mendekati selesai, terjadi perselisihan besar mengenai siapa yang berhak mendapatkan kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad di tempatnya. Perselisihan ini hampir menimbulkan perang saudara di antara suku-suku Quraisy.
Usulan Penyelesaian
Salah seorang tokoh Quraisy, Abu Umayyah bin Al-Mughirah, mengusulkan agar mereka menyerahkan keputusan kepada orang pertama yang memasuki Masjidil Haram. Semua pihak setuju untuk mengikuti usulan ini.
Takdir Allah, orang pertama yang memasuki Masjidil Haram adalah Rasulullah ﷺ. Begitu melihat beliau, mereka serentak berseru:
هٰذَا الأَمِينُ رَضِينَاهُ حَكَمًا
“Inilah orang yang jujur, kami setuju dia sebagai penengah!”
Kebijaksanaan Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ menyikapi masalah dengan tenang dan bijak. Saat para pemimpin suku berselisih tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad, beliau memberikan solusi adil yang diterima semua pihak:
- Beliau meminta sehelai kain dan meletakkan Hajar Aswad di tengahnya.
- Setiap pemimpin suku diminta memegang ujung kain dan bersama-sama mengangkatnya ke tempat semula.
- Setelah sampai, Rasulullah ﷺ sendiri yang mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya pada posisinya.
Dengan solusi ini, Rasulullah ﷺ berhasil meredakan ketegangan, mencegah pertumpahan darah, dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap kebijaksanaan beliau.
Pelajaran dari Peristiwa Ini
- Kebijaksanaan Rasulullah ﷺ:
Peristiwa ini menunjukkan kecerdasan emosional dan kemampuan Rasulullah ﷺ dalam menyelesaikan konflik dengan adil dan bijaksana. - Kepercayaan Kaum Quraisy:
Sebelum diutus menjadi nabi, Rasulullah ﷺ sudah dikenal dengan julukan Al-Amin (orang yang terpercaya), sehingga masyarakat Quraisy sepakat menerima beliau sebagai penengah. - Menyatukan Masyarakat:
Solusi yang beliau berikan tidak hanya menyelesaikan perselisihan, tetapi juga menyatukan hati para pemimpin suku Quraisy. - Kemuliaan dan Persiapan Kenabian:
Peristiwa ini menunjukkan kepribadian unggul Rasulullah ﷺ, yang merupakan bagian dari persiapan Allah Ta’ala untuk tugas kenabian beliau kelak.
Semoga Allah Ta’ala memberikan kita teladan dari sifat-sifat mulia Nabi Muhammad ﷺ.